Keberhasilan World Robotic Explorer (WRE) menyelenggarakan upacara peringatan Kemerdekaan ke-66 RI yang diikuti puluhan robot di Kampung Robot Thamrin City, Jakarta Pusat, Rabu (17/8) dinilai sebagai pemacu semangat untuk mencintai dunia robot. "Khususnya generasi muda dan pecinta robot di Indonesia," kata pendiri komunitas robot di jejaring sosial Facebook, Adiatmo Rahardi.
Menurut Rahardi, selain sebagai ajang untuk berkreasi, acara itu juga sebagai pemacu semangat para generasi muda dalam mencintai dunia robot. "Menurut saya, ini momentum yang sangat langka. Saya rasa baru kali pertama di dunia ada upacara robot," ujarnya kepada Liputan6.com.
Rahardi mengatakan, sejak 2000 hingga sekarang, para pecinta robot di Indonesia terus meningkat. Namun demikian, lagi-lagi keterbatasan manufaktur dan peralatan menjadi kendala para pecinta robot dalam mengembangkan inovasinya. "Di Indonesia, sebenarnya dari segi kemampuan gak kalah dengan pencipta robot-robot dari luar negeri. Buktinya Indonesia sering memenangkan juara kontes robot Internasional. Kendalanya sebenarnya kita keterbatasan di peralatan," ujarnya.
Rahardi menjelaskan, dalam beberapa bulan terakhir jumlah anggota komunitas robotik di jejaring sosialnya mencapai ratusan orang. Bahkan para penggiat robot asal mancanegara pun turut meramaikan komunitas itu.
"Anggota yang gabung di sini tuh justru umumnya para pemenang-pemenang kontes robot terkenal. Hampir semua gabung di sini. Bahkan pencipta robot Nao dari Prancis juga gabung di sini. Ada juga dari Jepang, Korea, dan banyak lagi, anggota dari luar sekitar 30-40 persen. Makanya, ada rencana mau buat juga bahasa Inggris," jelasnya.(BJK/SHA)
Menurut Rahardi, selain sebagai ajang untuk berkreasi, acara itu juga sebagai pemacu semangat para generasi muda dalam mencintai dunia robot. "Menurut saya, ini momentum yang sangat langka. Saya rasa baru kali pertama di dunia ada upacara robot," ujarnya kepada Liputan6.com.
Rahardi mengatakan, sejak 2000 hingga sekarang, para pecinta robot di Indonesia terus meningkat. Namun demikian, lagi-lagi keterbatasan manufaktur dan peralatan menjadi kendala para pecinta robot dalam mengembangkan inovasinya. "Di Indonesia, sebenarnya dari segi kemampuan gak kalah dengan pencipta robot-robot dari luar negeri. Buktinya Indonesia sering memenangkan juara kontes robot Internasional. Kendalanya sebenarnya kita keterbatasan di peralatan," ujarnya.
Rahardi menjelaskan, dalam beberapa bulan terakhir jumlah anggota komunitas robotik di jejaring sosialnya mencapai ratusan orang. Bahkan para penggiat robot asal mancanegara pun turut meramaikan komunitas itu.
"Anggota yang gabung di sini tuh justru umumnya para pemenang-pemenang kontes robot terkenal. Hampir semua gabung di sini. Bahkan pencipta robot Nao dari Prancis juga gabung di sini. Ada juga dari Jepang, Korea, dan banyak lagi, anggota dari luar sekitar 30-40 persen. Makanya, ada rencana mau buat juga bahasa Inggris," jelasnya.(BJK/SHA)
Postingan
0 komentar:
Posting Komentar