HORMAT. Upacara bendera memperingati HUT ke-66 Kemerdekaan RI yang dilaksanakan 45 robot di lantai 2 pusat perbelanjaan Thamrin City, Jakarta, Rabu 17 Agustus.
Upacara bendera memperingati HUT ke-66 Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dilakukan di banyak tempat, kemarin. Di lantai 2 pusat perbelanjaan Thamrin City, Jakarta, lagu Indonesia Raya berkumandang saat bendera merah-putih dikerek naik ke ujung tiang setinggi 3 meter. Peserta upacara yang menempati lapangan seluas 25 meter persegi itu menekukkan lengan membentuk gerakan hormat bendera.
Namun jangan kaget. Prosesi upacara itu pesertanya adalah robot. Ya robot. Pemimpin upacara dipercayakan pada robot NAO. Robot Bioloid sebagai inspektur upacara, 17 robot origami, serta 8 robot drum band. Secara keseluruhan, terdapat 45 robot yang mengikuti kegiatan ini.
"Kami ingin memperingati Hari Kemerdekaan ini dengan cara berbeda, menggunakan robot. Ini yang pertama di dunia," ujar Direktur World Robotic Explorer Jully Tjindrawan kepada wartawan di Thamrin City, Rabu, 17 Agustus.
Menurut dia, ide upacara bendera oleh robot ini muncul 2 bulan lalu. Awalnya tak ada yang percaya ide ini bisa terlaksana. Namun karena kesungguhan, pengerjaan konsep upacara dan persiapan teknis yang rumit bisa dimatangkan dalam waktu satu pekan.
Uniknya, seluruh peserta upacara merupakan buatan luar negeri, seperti Korea, Prancis, Taiwan, Denmark, dan Jepang. Namun otak robot kental dengan semangat Indonesia karena seluruh intelegensia buatan yang dibenamkan adalah hasil pemikiran teknisi dalam negeri. "Robot boleh saja buatan negara lain, tapi semangatnya Indonesia," kata Jully.
Uus Supriatna adalah satu dari tujuh operator yang mempersiapkan konsep ini. Hingga semalam, ia bersama teman-temannya masih ragu akan kinerja robot-robot ini. "Kami memutuskan terus maju karena harus berani mencoba," ungkap Uus.
Mengkoordinasikan puluhan robot dengan aneka sistem memang sulit. Masing-masing robot memiliki perangkat berbeda sehingga harus mendapat perlakuan khusus. Demikian pula ketika harus menyusun robot sebagai sebuah orkestra harmonis secara bersamaan, harus ada tenaga yang seragam untuk menggerakkan program. Selama seminggu percobaan, teknisi sering menemui kegagalan karena ada saja robot yang membandel.
Namun dengan latihan rutin, semua kendala ini bisa dikurangi. Hingga akhirnya, selama 20 menit mulai pukul 10.00 WIB, robot-robot ini bergerak dengan khidmat mengikuti upacara bendera memperingati 66 tahun kemerdekaan Indonesia.
Terpisah, upacara ala Rakyat juga dilaksanakan di pelataran Gedung Arsip Nasional RI, di Jakarta Barat.
Selain dihadiri beberapa tokoh politik dan aktivis, sebagian besar peserta upacara adalah masyarakat dari berbagai lapisan. Mulai dari juru parkir, pedagang kaki lima, siswa sekolah, dosen, hingga pedagang elektronik di kawasan Glodok. Sedangkan di barisan tokoh, hadir antara lain, mantan Menko Perekonomian Rizal Ramli, anggota DPR dari PDIP Rieke Dyah Pitaloka, anggota DPR dari PKB Lily Chadijah Wahid, dan beberapa lainnya.
Seperti halnya peringatan proklamasi, seremoni pengibaran bendera merah putih juga dilakukan. Acara kemudian diteruskan dengan sejumlah orasi dari beberap tokoh yang hadir.
Menyimak tokoh-tokoh yang ada, sudah bisa dibayangkan isi orasi yang disampaikan. Berbeda dengan upacara-upacara resmi lainnya, upacara tersebut memang mengusung tema khusus berbau kritik sosial. Yaitu, kemiskinan, kesenjangan sosial, dan korupsi. (jpnn/sil)
Namun jangan kaget. Prosesi upacara itu pesertanya adalah robot. Ya robot. Pemimpin upacara dipercayakan pada robot NAO. Robot Bioloid sebagai inspektur upacara, 17 robot origami, serta 8 robot drum band. Secara keseluruhan, terdapat 45 robot yang mengikuti kegiatan ini.
"Kami ingin memperingati Hari Kemerdekaan ini dengan cara berbeda, menggunakan robot. Ini yang pertama di dunia," ujar Direktur World Robotic Explorer Jully Tjindrawan kepada wartawan di Thamrin City, Rabu, 17 Agustus.
Menurut dia, ide upacara bendera oleh robot ini muncul 2 bulan lalu. Awalnya tak ada yang percaya ide ini bisa terlaksana. Namun karena kesungguhan, pengerjaan konsep upacara dan persiapan teknis yang rumit bisa dimatangkan dalam waktu satu pekan.
Uniknya, seluruh peserta upacara merupakan buatan luar negeri, seperti Korea, Prancis, Taiwan, Denmark, dan Jepang. Namun otak robot kental dengan semangat Indonesia karena seluruh intelegensia buatan yang dibenamkan adalah hasil pemikiran teknisi dalam negeri. "Robot boleh saja buatan negara lain, tapi semangatnya Indonesia," kata Jully.
Uus Supriatna adalah satu dari tujuh operator yang mempersiapkan konsep ini. Hingga semalam, ia bersama teman-temannya masih ragu akan kinerja robot-robot ini. "Kami memutuskan terus maju karena harus berani mencoba," ungkap Uus.
Mengkoordinasikan puluhan robot dengan aneka sistem memang sulit. Masing-masing robot memiliki perangkat berbeda sehingga harus mendapat perlakuan khusus. Demikian pula ketika harus menyusun robot sebagai sebuah orkestra harmonis secara bersamaan, harus ada tenaga yang seragam untuk menggerakkan program. Selama seminggu percobaan, teknisi sering menemui kegagalan karena ada saja robot yang membandel.
Namun dengan latihan rutin, semua kendala ini bisa dikurangi. Hingga akhirnya, selama 20 menit mulai pukul 10.00 WIB, robot-robot ini bergerak dengan khidmat mengikuti upacara bendera memperingati 66 tahun kemerdekaan Indonesia.
Terpisah, upacara ala Rakyat juga dilaksanakan di pelataran Gedung Arsip Nasional RI, di Jakarta Barat.
Selain dihadiri beberapa tokoh politik dan aktivis, sebagian besar peserta upacara adalah masyarakat dari berbagai lapisan. Mulai dari juru parkir, pedagang kaki lima, siswa sekolah, dosen, hingga pedagang elektronik di kawasan Glodok. Sedangkan di barisan tokoh, hadir antara lain, mantan Menko Perekonomian Rizal Ramli, anggota DPR dari PDIP Rieke Dyah Pitaloka, anggota DPR dari PKB Lily Chadijah Wahid, dan beberapa lainnya.
Seperti halnya peringatan proklamasi, seremoni pengibaran bendera merah putih juga dilakukan. Acara kemudian diteruskan dengan sejumlah orasi dari beberap tokoh yang hadir.
Menyimak tokoh-tokoh yang ada, sudah bisa dibayangkan isi orasi yang disampaikan. Berbeda dengan upacara-upacara resmi lainnya, upacara tersebut memang mengusung tema khusus berbau kritik sosial. Yaitu, kemiskinan, kesenjangan sosial, dan korupsi. (jpnn/sil)
0 komentar:
Posting Komentar